Sabtu, 04 Februari 2012

Kematian Hati



Problema besar kita hari ini adalah kematian hati. Banyak sudah hati yang mati di tengah umat ini. Hati yang kehilangan kepekaan untuk merasakan. Hati yang sekarat dan berkarat. Karena itu, sebagai eksplorasi diri mari kita telusuri dan rasakan bagaimana rasanya ketika sedang dihajar oleh masalah:
1. Hati yang Keras dan Kasar
Pernah merasakan? Sulit dinasehati. Kasar tak mau mendengar. Marah tanpa sebab atau karena dipicu oleh perkara sepele. Seperti batu keras. Air tak ada yang dapat merembes. Sekedar menempel, sesaat. Kebaikan tidak mempan. Amalan tak berkesan. Nasehat tak menyadarkan.
2. Malas yang bikin Lemas
Ya, kemalasan. Rasa ingin bersantai, menunda-nunda atau berlambat-lambat dalam beramal. Punya utang, malas membayar. Punya tugas kuliah, malas belajar. Punya pekerjaan rumah, malas mengerjakan. Masuk waktu shalat, malas beranjak. Tidak take action. Tak punya master plan atau rencana tindak lanjut. Akibatnya motivasi tinggallah motivasi. Kalau anda mengubah cara pandang dan cara juang, saya yakin akan lebih menang. Itulah komitmen, komit untuk menang. Orang malas sesungguhnya menunjukkan rendahnya tanggungjawab, miskinnya inovasi, lemahnya motivasi, buruknya jati diri, dan keroposnya iman. Maka, sebak apapun training, ia sekedar trigger, pemicu dan pemacu, pemantik api nyali dala jiwa, hard motivation sesaat. Yang lebih bermanfaat adalah long life education sebagai cara merawat semangat sampai tamat, yakni dengan tarbiyah dzatiyah alias pembelajaran mandiri secara kontinyu.
3. Tidak tekun dan sungguh-sungguh dalam kebaikan dan ibadah
Ketika problema dating, rasakan. Kurang perhatian dan semangat. Tak ada gairah dalam melangkah. Tak ada senyum yang merekah. Shalatnya sekedar gerakan, bacaan, berdiri dan duduk tanpa ruh sedikitpun.bicaranya ngelantur tidak teratur. Tugas seperti penjara yang panas.
4. Dada sempit seperti mendaki ke Langit
Gersang. Gelisah. Was was. Takut kehilangan uang, jabatan, popularitas, dan segala sesuatu yang ada dalam genggamannya. Terengah-engah kelelahan dan sering mengeluh. Sedikit beramal tapi banyak ngomel. Suka menyindir. Tak berani ambil resiko. Serba tidak jelas. Maunya menuntut dan terus menuntut. Tidak peduli dan empati terhadap derita orang lain
5. Ayat Al-Qur’an tak menggetarkannya
Mendengarkan Al-Qur’an seperti mendengarkan kalam-kalam lainnya. Lebih bahaya lagi apabila dia merasa sempit ketika mendengarkan ayat Al-Qur’an seperti sempitnya dia ketika mendengarkan omongan orang lain
6. Kematian tidak Menyadarkan
Ingat mati hidup lebih berarti. Masalahnya adalah bila hati telah kehilangan kepekaan, musibah dianggap biasa, sama sekali tak menyentuh jiwa. Nasehat tak membuat ingat. Menyaksikan orang mati, mengusung jenazah atau menguburkannya di liang lahat, sedikit pun tidak ada pengaruh pada dirinya. Inilah mati sebelum mati.
7. Cinta duniawi dan takut mati
Kecintaannya terhadap kesenangan duniawi senatiasa bertambah. Apabila melihat orang lain memperoleh kenikmatan dunia seperti harta, kedudukan, pangkat, rumah atau pakaian yang bagus dia merasa tersiksa dan mengganggap dirinya gagal
8. Menyiksa diri dengan rasa dengki
Menganggap dirinya tak pernah salah. Mendengki berarti secara sadar memasukkan racun ke dalam hati dan otak sehingga menimbulkan sensasi rasa benci terus menggelegak.
9. Kegelapan Ruhiyah membekas di Wajah
Kegelapan ruhani yang begitu pekat begtu jelas tergambar di wajahnya dan dapat diamati oleh mereka yang memiliki firasat iman. Kegelapan yang remang-remang hanya dapat diamati oleh mereka yang memiliki firasat imaniayah yang kuat.
10. Lupa yang keterlaluan kepada Allah
Sedikitpun dia tidak berdzikir dengan lisannya dan tidak juga ingat kepada-Nya. Jika dia mengangkat tangannya, cepat sekali dia turunkan kembali untuk segera pergi. Astaghfirullahal’azhiim.
11. Berlebih-lebihan yang mencelakakan
Kebiasaan melampaui batas dalam perkataan dan perbuatan, dalam canda, dalam mengejek dan mengolok-olok menimbulkan konflik horizontal yang fatal.
12. Lemahnya motivasi dalam diri
Menunggu orang lain yang memulai. Tak berani  mengambil resiko. Mudah terpengaruh  godaan. Sedikit ilmu dan kurang pembelajaran. Peluang kebaikan mejadi sangat terbatas, karena motivasi yang membatasi
13. Terjebak paradigma konvensional
Banyak sekali pandangan sesat yang berkembang pesat. Misalnya : jujur ajur, harus ikut arus, dll. Akibatnya kita mudah menyerah, tidak berani berubah atau membuat gebrakan positif agar menjadi opini publik
14. Menyandarkan amal pada figur tertentu
Apabila melihat cacat pada figur dan kecacatan itu juga ada di dirinya, ia jadikan justifikasi alias pembenaran masalah. Mencari-cari alas an, bukan berubah meningkatkan kualitas diri.
15. Kurang membuka diri dan miskin inovasi
Problem besar kita adalah kebiasaan memendam masalah jadi dendam. Tidak mau mengomunikasikan secara positif. Memendam masalah ibarat merawat penyakit dan memelihara rasa sakit bukan menyembuhkan.
16. Tidak mampu melihat dan memanfaatkan momentum
Sering menyibukkan pada hal-hal yang tak berguna. Membicarakan masalah yang kurang bermanfaat.

Semoga ini dapat memotivasi anda agar tidak mati sebelum mati... wallahualam....

0 komentar:

Posting Komentar